2008/11/30
Kayu Bakau (Mangrove Tree)
Hutan Bakau adalah salah satu alat pemecah gelombang yang efektif, saat Tsunami datang, hal itu telah terbukti diberbagai wilayah Indonesia, pohon bakau itu seakan pelindung dari amukan gelombang pasang yang dahsyat, disamping hutan bakau itu juga sebagai rangkaian mata rantai kehidupan biota laut yang berlindung disekitarnya. Namun dikarenakan keserakahan manusia untuk memperoleh keuntungan yang tidak seberapa, mereka tega untuk menebang batang kayu bakau yang masih muda untuk dijadikan arang atau apa saja. Untuk di Kota Tanjungpinang, dan Pulau Bintan tingkat kerusakan Hutan Bakau sudah memasuki tahap memprihatinkan.Semoga pihak yang berkompoten ikut peduli dalam kelestarian hutan bakau.
Seorang nelayan pantai sedang mengangkut kayu bakau dengan menggunakan sampannya, di perairan Sei Nyirih Tanjungpinang, (Foto : HARIS)
Peserta Seminar
Seminar Tamadun Melayu
Seminar yang dibuka oleh Gubernur Propinsi Kepri Drs Ismet Abdullah tersebut, menghadirkan para nara sumber, Prof. Abdul Latif, Abu Bakar, dari University Malaya, Malaysia, DR Yan Van De Puten, Pengajar National University of singapore (NUS) Singapura, yang dipandu oleh Moderator DR Al Azhar. Dalam Seminar sehari tersebut, merekomendasikan bahwa Tamadun Melayu di Nusantara ini perlu dilestarikan, dengan tidak melupakan sejarah pendahulu. Sebagai tonggak perjalanan sejarah ke depan. Seperti hal, sumbangan yang terbesar dalam perjalanan sejarah tersebut salah satunya adalah bahasa Indonesia yang saat ini digunakan sebagai bahasa pengantar dan pemersatu bangsa serumpun Melayu di Indonesia maupun Asia Tenggara.
Seminar Tamadun Melayu, bersempena peringatan 200 tahun Raja Ali Haji, yang dilaksanakan di Balai Adat Indera Sakti, Pulau Penyengat, sabtu (29/11),
merupakan makam yang selalu dikunjungi oleh setiap pengunjung yang datang berkunjung di pulau yang merupakan mahar Sultan Riau Lingga, kepada Engku Putri itu. Namun menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kota Tanjungpinang pihak pemerintah Kota Tanjungpinang, selalu berziarah ke makam-makam para diraja, yang terdapat di Sei Timun, Hulu Riau, dan Pulau Penyengat sendiri. Tetapi setelah Raja Haji ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada hari Pahlawan tidak ada peringatan, maupun tabur bunga di pusara tersebut. (Foto : Haris)
Makan Pahlawan Bahari Raja Haji Fisabilillah, yang telah ditetapkan sebagai pahlawan Nasional belum lama ini, makam yang terdapat di Pulau Penyengat.
2008/11/27
Nelayan Buruh
Potret nelayan buruh di Kabupaten Bintan, yang tidak dapat beranjak dari kondisi sosial, apa yang dinamakan Kemiskinan, karena termiskinkan yang disebabkan oleh sistem, peraturan dan perundangan, disamping struktur masyarakat, yang masih saja berpegang pada sistem patron clien, (tauke) dimana nelayan pemilik alat tangkap mengusai kondisi ekonomi nelayan buruh, Kondisi ini yang membuat nelayan tidak dapat beranjak dari kemiskinan. (Foto : Haris)
Dragon Fruits Farm
Perkebunan Buah Naga (Dragon fruits) yang terdapat di pulau Bintan, memiliki potensi investasi yang menjanjikan keuntungan, disamping buahnya dapat dinikmati sebagai asupan gizi yang bervitamin dosis tinggi ini, potensi ini juga dapat dikembangkan menjadi pusat pembibitan Buah Naga, dan sebagai salah satu alternatif Agrowisata. Pembibitan tidak sulit, tumbuhan yang masih berfamily dengan kaktus ini mudah untuk hidup dilahan, dan kondisi cuaca sub tropis seperti di Indonesia. Mengenai pemasaran tak menjadi halangan, karena kata pemilik perkebunan ini, untuk pasaran lokal saja pihak sudah kewalahan, apalagi untuk pangsa pasa luar negeri, dengan harga per kilo-nya berkisar Rp 15.000,-
Mantan Pramugari Divonis 18 Thn, Aniaya PRT Indonesia
Pengadilan Malaysia telah menjatuhkan hukuman penjara 18 tahun kepada seorang bekas pramugari Malaysia karena menyiram pembantu rumah tangga warga Indonesia dengan air panas dan menghanguskan kulitnya dengan alat seterika.
Hakim menyatakan Yim Pek Ha bersalah karena menyiksa Nirmala Bonat, yang dituduhnya tidak melakukan pekerjaan dengan baik.
Pembantu rumah tangga itu tidak hadir dalam sidang karena ia telah pulang ke kampungnya di Nusa Tenggara Timur.
Kasus Nirmala Bonat terungkap tahun 2004, ketika surat-surat kabar Malaysia menyiarkan foto-foto Bonat, yang waktu itu berusia 19 tahun, dengan tubuh yang penuh bekas luka lecet dan lebam-lebam.
Kira-kira 1,2 juta pekerja Indonesia tercatat tinggal dan bekerja di Malaysia secara sah.
(VOA)
Ibu Lurah Tanjung Unggat Bersih-bersih
Guna meraih kembali AdiPura Kota Tanjungpinang, yang tahun lalu tidak diperoleh, maka Ibu lurah ini rela, bersih-bersih dilingkungan wilayah kerjanya, Lurah yang satu ini juga tak segan-segan bergelimang dengan sampah. Ibu Lurah Tanjung unggat ini perlu dapat Award juga karena dia tidak rela Kota Tanjungpinang tahun-tahun berikutnya tidak memperoleh piala Adi Pura, (Foto : Haris)
Sampah Plastik jadi Hiasan Rumah Tangga
Ibu Aulia salah seorang pengrajin sovenir, yang memanfaatkan plastik pembungkus makanan ringan, namun yang uniknya Ibu
Aulia tidak harus repot-repot mencari bahan baku plastik tersebut, karena rumahnya panggung yang selalu dialiran air pasang surut makan dia hanya menunggu saja sampah plastik itu hadir di bawah kolong rumahnya untuk kemudia dicuci, diproses menjadi hiasan rumah tangga, yang dapat dijual untuk menambah belanja dapur ibu Aulia. (Foto : Haris)
Pekerja
2008/11/25
Larangan berjilbab
Ada seorang teman akuh, suatu hari terpanggil untuk memakai jilbab.Karenahatinya sudah tetap, dia pergi ke toko muslim untuk membeli jilbab.
Setelah membeli beberapa pakaian muslim lengkap bersama jilbab denganberbagai model maklum teman saya itu stylish sekali), dia pun pulang ke rumah dengan hati suka cita , esampainya di rumah, dengan bangga dia mengenakan jilbabnya.
Ketika dia ke luar dari kamarnya, bapak dan ibunya langsung menjerit. Mereka murka bukan main dan meminta agar anaknya segera melepaskan jilbabnya.
Anak itu tentu merasa terpukul sekali...bayangkan : Ayah ibunya sendiri menentangnya untuk mengenakan jilbab.
temen akuh mencoba berpegang teguh pada keputusannya akan tetapi ayah ibunyamengancam akan memutuskan hubungan orang-tua dan anak bila ia berkeras.
Dia tidak akan diakui sebagai anak selamanya bila tetap mau menggunakan jilbab.
Anak itu menggerung-gerung sejadi-jadinya. Dia merasa menjadi anak yang malang sekali nasibnya.
Tidak berputus asa, dia meminta guru tempatnya bersekolah untuk berbicara dengan orang tuanya. Apa lacur sang guru pun menolak.
Dia mencoba lagi berbicara dengan ustad dekat rumahnya untuk membujuk orang tuanya agar diizinkan memakai jilbab... hasilnya ? Nol besar ! Sang ustad juga menolak mentah-mentah.
Belum pernah rasanya anak ini dirundung duka seperti itu. Dia merasa betul2 sendirian di dunia ini. Tak ada seorang pun yang mau mendukung keputusannya untuk memakai jilbab.
Akhirnya dia memutuskan untuk menggunakan truf terakhir
Dia berkata pada orang tuanya,"Ayah dan ibu yang saya cintai. Saya tetap akan memakai jilbab ini. Kalau tidak diizinkan juga saya akan bunuh diri."
Sejenak suasana menjadi hening. Ketegangan mencapai puncaknya dalam keluarga itu.
Akhirnya sambil menghela napas panjang, ayah berkatadengan lirih:
"Bambang! Anakku, Yen wong wedok sak karepe ngono nggawe jilbab. Elingo yen Kowe iku lanang le
cerita ini diambil dari email teman akuh: Agung K
bukan bermaksud menjiplak
Pengusaha Kelapa Muda
Profil Usahawan Muda Berbakat
2008/11/24
2008/11/20
2008/11/18
Kelong Apung
Anda Belum Beruntung
Musim perayaan Hari Kemerdekaan bagi suluruh masyarakat
Panitia Pelaksana perayaan telah dibentuk, terpilihlah Kasim Slamat, salah satu pemuda yang selalu aktif dalam segala bentuk kegiatan yang diselenggarakan di masyarakat RT dimana dia tinggal, dari menggalakan para pemuda untuk berolah raga, volley Ball sampai mengumpulkan dana bila salah seorang warga meninggal dunia, guna diberikan kepada keluarga sebagai sumbangan bala sungkawa.
Setelah dilakukan rapat panitia maka diputuskan oleh para pemuda, yang diketuai oleh Kasim Slamat untuk mengadakan perlombaan, bagi orangtua dan ibu-ibu rumah tangga, remaja putri maupun anak-anak, perlombaan yang diperuntukkan untuk orang tua dan Ibu-ibu dan remaja putri, antara lain lomba dayung sampan, lomba tarik tambang, kontes karaoke.
Sedangkan perlombaan yang diperuntukkan bagi anak-anak, antara lain lomba makan kerupuk, lomba, membawa guli dengan sendok dan lomba menggit uang koin yang ditancapkan pada buah semangka, yang permukaan kulit semangka dilumur oleh minyak hitam dan lainnya.
Perlombaan yang terakhir ini, juga yang membawa Kasim Slamat sempat diintrograsi oleh pihak Polsek Tanjungpinang Timur, pasalnya salah seorang anak yang mengikuti perlombaan mengambil koin dengan menggunakan mulut, dari buah semangka, bukan karena anak itu tertimpa buah semangka atau tersandung oleh teman, tapi karena anak tersebut tertelan uang koin ketika anak itu mencabutnya dari buah semangka, menggunakan mulutnya.
Kasim Slamat sibuk karena ibu anak tersebut mencak-mencak, mendengar anaknya tertelan uang koin bernilai nominal Rp. 500,- . Ibu Menna nama, ibu anak itu langsung membawa anaknya pulang ke rumah, setibanya dirumah anaknya yang masih berusia sekolah dasar itu, langsung disuruh buang air besar.
Dengan terpaksa anak itu segera membuang hajat, betapa terkejutnya anak itu ketika buang hajat, itu bukan kotoran yang keluar tetapi lebaran uang kertas, dengan nilai nominal Rp. 50.000,- Sangking girangnya anak itu langsung beteriak memanggil ibunya, “ Mak Aku dapat duit
Bu Menna ikut girang alang kepalang mendengar anaknya dapat uang
Usai menelan koin itu tak lama berselang, maka timbul niatnya untuk buang hajat, ternyata apa yang ditunggunya pun tiba, keluar lembaran, namun lembaran kali ini bukan lembaran rupiah, namun secarik kertas yang bertuliskan ANDA BELUM BERUNTUNG………………………………………………………..(Abdul Haris)
2008/11/17
Air Terjun Bintan (Bintan Water Fall)
2008/11/16
Tikus Jadi Polantas
Malam itu Bapaknya Paijo Uring-uringan, sembari berjalan hilir mudik dari sudut rumah ke sudut lainnya, namun dia tidak berucap apa-apa, hanya saja ujung ekor matanya yang melirik kian kemari. Apa gerangan yang di risaukan Bapak Paijo ?
Sambil mengangkat gulungan kain sarung yang melilit dipinggangnya, setelah penat berjalan kian ke mari, lalu dia menghenyakkan punggungnya ke atas sofa, yang berada di ruang keluarga,
“ bagaimana aku enggak risau, masalahnya sudah beberapa kali dipasang perangkap, kok enggak dapet-dapet juga? “ geramnya
Ternyata upaya dia untuk menangkap tikus tidak berhasil juga, padahal perangkap yang terbuat dari kawat yang ditarik menggunakan pegas, lengkap dengan umpannya kepala ikan asin tidak juga menghasilkan tangkapan, sedangkan perangkap itu sudah dipasang sejak seminggu yang lalu.
Namun yang namanya tikus, yang berjenis memiliki daun telinga itu tidak mau memakan umpan yang dipasang disitu, jangankan menyentuhnya, menciumnya saja tidak mau, apalagi memakan umpan yang dipasang diperangkap itu, tikus yang yang melintasi kamar dan beberapa ruang di sudut rumahnya itu kian marak, bahkan tikus itu sudah beranak pinak.
Anak remaja tikus yang berjenis memiliki daun telinga itu, dikenal memang paling bandel, lasak, dan liar. Bila dikejar dengan cepat berlari masuk ke dalam lobang yang kecil, apa jika. Apalagi kalau tengah malam, biasanya mereka lari kian kemari di atas pelafon rumah, entah apa yang sedang diperebutkan mereka, dan bila tengah malam tiba tikus-tikus itu sedang kejar mengejar, dengan menimbulkan gaduh dan suara yang cukup membuat tidur Bapak Paijo terjaga
Akhirnya pada suatu malam datangnya salah seorang teman Paijo, bernama Blakijo, berusia sepantaran dengan usia Paijo, bertandang ke rumahnya, dan berdiskusi tentang “pertikusan” kesempatan itu dimanfaatkan oleh Bapaknya Paijo mengeluarkan uneg-unegnya, dan bertanya bagaimana menagkap tikus yang lasak, dengan sukses, yang selalu mengganggu tidurnya, kendatipun sudah dipasang perangkap dan dipasang umpan yang enak-enak, tapi tikus itu tidak pernah berhasil ditangkap.
Lalu Blakijo bertanya kepada Bapaknya Paijo
“ Bapak memasang umpan tikus itu dengan menggunakan tangan telanjang ? “ Tanya Blakijo.
“ Iya “ dijawab Bapak Paijo dengan semangat.
“ Itu teori yang salah pak “ sambut Blakijo kembali,
“ Jadi gimana sih yang benarnya ? “ Bapak Paijo makin penasaran.
“ Begini lho pak, usul saya, kalau memasang umpan jangan pake tangan telanjang, tapi harus dibungkus pake pelastik, agar bekas bauk tangan manusia tidak tercium oleh si tikus, kalau sudah kecium, dia pasti enggak mau makan umpannya lagi” beber Blakijo meyakinkan
“ oh,…gitu toh” Bapak Paijo temanggut-manggut.
“ Terus Pak, bambung Blakijo, yang lebih penting lagi, kalau tikus itu, ketangkap jangan buru-buru dibunuh, jangan….. tapi saran saya kepalanya coba di beri cat warna putih, mirip topi yang dipakai oleh Polantas (polisi lalu lintas), terus dilepaskan kembali”
“ Lhoh kok ? Bapak Paijo tambah penasaran. “wong tikusnya udah dapet kok malah dilepas ??? o,… lah… le…le…
“ Bukan begitu pak”, timpal Blakijo lagi, “usaha itu dilakukan agar supaya tikus- tikus yang lain, takut dan pada lari terbirit-birit, kalau melihat salah seorang dari mereka telah diangkat menjadi Polantas, termasuk tikus-tikus yang tidak punya SIM, atau surat-surat kendaraan sudah mati” ………………. (Abdul Haris)
Sengatan itu Membawa Dia Pergi
Pagi baru saja bangkit dari peraduan, bau tanah masih melekat dengan sempurna, titisan embun pagi sedikit demi sedikit menguap dipermukaan daun. Tapi Ramok terpaksa harus pergi ke rumah pelanggan yang baru mendaftar, kemarin sore di kantornya. Dengan peralatan lengkap yang biasanya tersimpan rapi di dalam tas perkakas, tanpa kata-kata dijinjingnya ke luar rumah. Itu berarti Komar sudah siap untuk memasang jaringan Televisi kabel di rumah pelanggannya.
Panjang perjalanan hidup Komar, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, perna dicoba, dari kerja mengaduk semen, tukang parker, sampai akhirnya dia diterima sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang saluran TV, yang memuat agenda acara berbagai macam, dari luar negeri sampai dengan saluran seluruh dunia.
Tugas Ramok yang utama adalah memasang instalasi kabel, yang akan dipergunakan, guna memasukan siaran ke dalam peti hitam yang bernama televisi. Sejak dia bekerja di temapt itu tidak jarang Ramok tidak memanfaatkan hari liburnya, karena banyak pesanan.
Setelah beberapa bulan kerja, niat hidup untuk berubah timbul dihatinya. Dalam pikirannya tak selama dirinya akan bekerja sebagai pembantu tukang, maka terbetik dipikirannya untuk mendirikan menara gading diantara cita-citanya. Jatuh pilihan untuk menempuh pendidikan tinggi di Sekolah Tingi Ilmu Komunikasi, yang ada di
Sambil bekerja pagi hari, sore sampai dengan malam, dipergunakannya waktu untuk kuliah. Pendaftaran telah dilakukan kuliah sudah berjalan. Namun kehidupan masih berjalan seperti biasa. Setiap hari Dia menunggu panggilan dari kantor untuk memasang instrument TV kabel.
Ramok begegas untuk menuju Pantai Impinan, rumah yang akan dipasangkan antena TV kabel itu, dengan cekatan kedua tangan Ramok membuka kabel yang melilit dari bahu ke pinggangnya, sehingga dari satu titik satu dengan lainnya sudah terpasang dengan rapi, tapi alangkah sayangnya, tapa prasangka buruk jemari Komar menyentuh sebuah kabel telanjang yang terpasang disebalik tiang rumah pelanggannya.
Terlihat percikan api yang bersumber dari kedua kabel yang bersentuhan dari positif dan negative, disela-sela itu terdengar, pekikan suara Ramok yang merasa tersengat berjuta-juta semut, dan mendenyut sampai terasa ke tukang sumsum Ramok. Untuk kemudian Dirinya tidak merasa apa-apa. Kawan-kawan sekerja sibuk untuk menolong Ramok, begitu juga pemilik rumah bergegas untuk berbuat sesuatu.
Raungan Sirene Mobil ambulane, milik rumah sakit, berdengung mengantar Ramok ke ruang Instalasi Gawat Darurat, Namun paramedis disana, mengangkatkan kedua tangan, sembari menggeleng, menandakan jiwa Ramok sudah pergi menghadap kuasa saat di perjalanan tadi.
Pihak keluarga yang dihubungi, merasa tak percaya, akan kejadian yang baru menimpa Ramok, “pagi tadi dia sehat-sehat saja, kok, keluh ibunya, yang sedari pertama mendapat kabar sudah tersedu-sedu, menangisi kepergian Ramok, tapi Tuhan berkendak lain, kendatipun asbabnya hanya sebatang wayar yang mengandung aliran listrik, Ramok Harus pergi menghadapNya, meninggalkan keluarga, kawan kampusnya, dan teman sekerjanya untuk selama-lamanya. (Abdul Haris)
2008/11/14
Tercecer diantara Adipura
Tercecer diantara Adipura
Bila saja kita mendengar kata-kata sampah, apakah itu sampah organik, unorganik atau sampah masyarakat, mungkin akan tergambar didalam benak kita sesuatu yang kotor, menjijikan, dan penuh dengan kuman-kuman penyakit. Namun tidak demikian halnya bagi seorang ibu rumah tangga yang tinggal di ujung pelantar, di sudut Tanjung Unggat.
Bagi wanita paroh baya ini, sampah sesuatu yang dapat mendatangkan penghasilan lumayan, jika dijadikan suatu benda yang berarti, misalnya hiasan meja, vas bunga dan bentuk-bentuk prakarya unik lainnya. Sebut saja ibu Aulia, yang sehari-hari menekuni kegiatan merangkai hiasan rumah tangga berbahan
Rumah milik ibu Aulia beratapkan rumbia, bertiang kayu dan berdinding papan itu dijadikannya, tempat menunggu datangnya sampah pembungkus makanan ringan yang biasanya dimakan oleh anak-anak. Pelastik pembungkus tersebut usai dikaitnya dari dalam air, dengan menggunkan sebilah kayu yang ujungnya diikat sejengkal kawat bengkok.
Dengan alat itu ibu Aulia mengumpulkan pembungkus makanan ringan, untuk selanjutnya plastik itu dibilasnya dengan menggunakan air tawar agar garam yang mengandung dalam air laut tidak turut bersama. Proses selanjutnya plastik itu, dijemur di bawah sinar matahari, dengan tujuan agar kering dan mudah untuk dipilin-pilin menjadi lipatan yang kecil.
Dengan sabar, satu demi satu plasatik itu dikumpulkannya, setelah kombinasi warna dan jumlahnya cukup untuk dibentuk menjadi sesuatu benda, seperti vas bunga, yang berbentuk guci, buah nenas, buah labu dan lain sebagainya. Setelah proses ini selesai, proses selajutnya, pada malam harinya ibu Aulia, yang dibantu oleh seorang anak daranya yang bernama Anisah, merajut plastik bekas makanan ringan itu untuk dijadikan perlengkapan rumah tangga, penganturan kombinasi warna, antara satu dengan yang lain, sehingga menjadi diaroma, perhiasan rumah tangga yang elok dipandang mata.
Untuk mengerjakan sebuah karya seni yang berasal dari sampah itu, memerlukan waktu antara 5 hari sampai dengan satu minggu, dan tergantung dari tingkat kerumitan dan bentuk yang dikerjakan, dan sebuah hasil karya ibu Aulia, yang berbahan dasar plastik bekas makan ringan itu dihargai antara Rp. 35.000,- sampai dengan Rp.50.000,-,
Masalah pemasaran, untuk saat ini bagi ibu Aulia tidak menjadi masalah lagi, karena pihak Kantor Kelurahan Tanjung Unggat dan beberapa dinas instansi, sudah mendengar dan mengenal hasil karya tangan ibu Aulia, yang pernah mengikuti pameran yang diprakasai oleh ibu-ibu PKK Kelurahan Tanjung Unggat, maupun Kecamatan Bukit Bestari.
Sampai sejauh ini perhatian maupun peningkatan keterampilan ibu Aulia, dari pemerintah Kota Tanjungpinang belum tersentuh sama sekali, karena ilmu yang didapatnya untuk menjalin plastik bekas itu tidak diperolehnya dari pemerintah Kota Tanjungpinang, namun ilmu yang dibawa dari Guntung Kebaputen Karimun. Dikarenakan desakan ekonomi keluarga, maka ibu Aulia berbuat untuk meningkat ekonomi keluarga.
Bahkan untuk saat ini, dikarenakan kepiawaiannya merangkai plastik bekas itu, pihak Kelurahan Tanjung Unggut meminta kepada dirinya untuk melatih sebagian ibu-ibu yang berdomisili di Kelurahan tersebut. Ibu tiga anak itu, tidak mengharap banyak dari pemerintah, hasil karyanya dibeli orang saja sudah cukup, apalagi kalau diberi pinjaman lunak untuk menghasilkan karya-karya yang lebih bagus lagi, ah… tapi itu hanya angan-angannya saja. Karena dia menyadari keterbatasannya. Untuk menulis proposal saja dirinya tidak tahu. Apalagi kredit UKM. Maka pikiran yang seperti itu ditepisnya agar tidak mempengaruhi untuk berkarya.
Namun tanpa disadari atifitas ekonomis itu, dalam penilaian yang dilakukan oleh tim pemantauan Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup, mendapat nilai point yang cukup memadai, untuk mendongkrak ketertinggal Adipura yang tidak singgah tahun ini di Kota Tanjungpinang, pada tahun ini. (Abdul Haris )